Terkadang aku iri

Kamis, 21 Juni 2012

|
Terkadang aku iri pada mereka.

Para Hip-hop dan street dancer
yang menari mengikuti irama.
dengan gerakan-gerakan gemulai terkadang patah-patah.
membuat mereka yang melihatnya berdecak kagum.

Para musisi atau anak band.
yang memainkan instrumen pilihan mereka.
dengan kemampuan bermusik dan suara merdu sang vokalis.
membuat mereka yang menonton dan mendengarnya ikut menganggukkan kepala.

Para fotografer.
yang membidik tajam melalui lensa mereka.
dengan kemampuan yang mumpuni dan feeling yang kuat.
membuat mereka yang melihat hasil fotonya terperangah.

Aku, bukan seorang dancer.
gerakanku kaku, yang melihatku menari hanya akan tertawa melihat kebodohan di depan mereka.

Aku bukan pula musisi.
suaraku fals, dan aku buta nada, yang mendengarku bernyanyi atau bermain musik pasti akan menutup telinganya dan berkata, "hentikan!"

Juga bukan fotografer.
ketika selesai menjepret kamera, orang hanya akan berkomentar "hmmm.." ketika melihat hasil fotoku.

Tapi.

Aku punya pensil, penghapus dan kertas.

Di atas kertas aku memegang pensil dengan mantap.

Kertas adalah dancefloor-nya, dan di atas dancefloor tangkanku menari dengan handal seperti para dancer itu.

Ujung grafit pensilku adalah instrumennya, goresannya di atas kertas menciptakan nada-nada dan musiknya sendiri.

Mata, otak dan kertas menyatu menjadi sebuah memory card atau roll film, yang akan melihat, merekam dan mengabadikan semuanya dalam sebentuk ilustrasi sederhana.

Di atas kertas aku menari, di atas kertas aku bermain musik, di atas kertas aku menghentikan waktu.

Mungkin aku tidak bisa membuat orang berdecak kagum dengan kehebatanku dalam menari, atau meluluhkan hati wanita dengan permainan musik dan dengan hasil jepretanku.

Tapi dengan kertas, pensil dan penghapus, aku bisa tersenyum.

Dengan kertas, pensil dan penghapus, aku bisa mengabadikan senyummu.

Dengan kertas, pensil dan penghapus.

Aku hidup.

Dan akan terus hidup.

0 comments:

Diberdayakan oleh Blogger.